Jumat, 17 Februari 2012

Melahirkan Intelijen dari Kampus


Oleh : As'ad Said Ali

Intelijen bukan sosok yang menyeramkan dan misterius. Sesuai dengan makna dasarnya, intelijen (intelligent) adalah kecerdasan. Jadi, seorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan tugasnya. Kecerdasan ini sangat diperlukan, karena bidang tugas intelijen akan lebih banyak bertumpu pada analisis beragam informasi, untuk memperoleh prediksi yang cepat dan akurat. Prediksi yang akurat ini, selanjutnya akan menjadi input penting pengambilan kebijakan ataupun dukungan kebijakan.
Untuk memperoleh analisis yang akurat, seorang intelijen pada dasarnya dituntut bekerja sesuai norma-norma ilmiah. Prinsip ini berlaku manakala intelijen melakukan pengumpulan data mentah, processing data, hingga menciptakan produk intelijen, berupa analisis yang komprehensif yang dapat memprediksikan suatu perkembangan secara tepat.

Kalau melihat pola kerja se- orang intelijen, maka tidak ada perbedaan dengan pola kerja akademisi atau intelektual. Keduanya bekerja mematuhi norma-norma ilmiah dalam pengumpulan, verifikasi, dan analisis data, serta dalam membuat suatu prediksi. Bedanya, terletak pada unsur kecepatan. Selain itu, produk akhir akademisi juga langsung didiskusikan terbuka, sedangkan produk akhir intelijen hanya dikonsumsi kalangan sangat terbatas, yaitu pemerintah sebagai single user produk intelijen.

Karena kesamaan-kesamaan inilah, maka dunia intelijen dan dunia akademik pada dasarnya saling berutang. Dunia intelijen sangat banyak berutang ilmu pada dunia akademik, terutama dalam membangun metode verifikasi data, dan analisis data yang akurat, yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak hanya itu, temuan-temuan ilmu pengetahuan dalam dunia akademik, selama ini juga diserap sangat banyak oleh dunia intelijen, untuk menunjang ketajaman analisis.
Contoh, analisis dalam bidang sosial politik. Deskripsi cemerlang yang dihasilkan ilmuwan sosial politik, bagaimanapun adalah input yang sangat berharga bagi dunia intelijen dalam melakukan analisis kecenderungan dan prediksi perkembangan. Ahli-ahli psikologi yang sangat piawai dalam mendeskripsikan motif kecenderungan personal, juga memberikan kontribusi yang luar biasa, manakala dunia intelijen membutuhkan analisis kecenderungan personal seseorang.

Sumbangan besar ilmu pengetahuan itu, selanjutnya dibalas kembali oleh dunia intelijen dengan memberikan kontribusi temuan-temuan dan pendekatannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan metode Linier Programming dalam bidang ilmu matematika tahun 1940-an, bagaimana pun awalnya justru dalam kerangka kepentingan operasi perang. 

Pendekatan ini, sekarang sudah sangat luas diaplikasikan dalam beragam sektor kehidupan. Thomas Saaty, penemu metode Analytical Hirarchy Process (AHP) dalam ilmu pengambilan keputusan, embrio teorinya justru didapat tatkala Saaty bekerja di lingkungan riset intelijen di Amerika, pada tahun 1960-an. Metode temuannya itu sekarang berkembang sangat luas di dunia sipil dan sudah diaplikasikan dalam berbagai sektor kehidupan.
Contoh lain yang mencolok adalah internet, yang sekarang sudah jamak digunakan oleh banyak kalangan untuk komunikasi. Cikal bakal komunikasi data melalui internet ini, bagaimanapun berutang ilmu dari kalangan intelijen Amerika, manakala mereka berusaha mengembangkan sistem aliran data yang cepat dan akurat. Metode kerja dunia intelijen kini juga sudah banyak diadopsi oleh ilmu manajemen, yang kemudian dikembangkan secara mandiri menjadi ilmu intelijen bisnis.

Banyak Manfaat
Contoh-contoh ini menggambarkan pekerjaan dunia intelijen pada akhirnya tidak hanya bermanfaat secara langsung bagi user-nya, yaitu pemerintah, melainkan telah memberikan sumbangsih yang sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan secara umum.

Memperhatikan beberapa evidence tersebut, pengembangan ilmu intelijen, sebagaimana yang hendak dikembangkan oleh Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Sentul, Jawa Barat, pada dasarnya harus disambut dengan gembira. Tidak hanya lembaga ini merupakan satu di antara sedikit lembaga sejenis yang ada di dunia, tetapi juga demi kepentingan yang jauh lebih besar dan strategis, yaitu pertama, pengembangan keilmuan yang akan bermanfaat bagi dunia intelijen maupun publik. Kedua, pendekatan saintifik yang akan dikembangkan oleh kader-kader baru intelijen akan berguna dalam mengantisipasi ancaman gangguan keamanan masa sekarang dan masa depan yang semakin kompleks dan rumit.
Sebagaimana halnya dunia pendidikan, pengembangan sekolah intelijen di Indonesia pada dasarnya tidak ada ruginya. Pengembangan keilmuan di STIN akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar, yang mungkin tidak terprediksi sekarang, khususnya dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan secara umum.
Kehadiran sekolah ini mungkin agak terlambat jika dibandingkan dengan obsesi Badan Intelijen Negara (BIN) yang sudah sangat lama merindukan sekolah intelijen di Indonesia. Namun, obsesi lama itu sekarang sudah mulai terwujud dan kini menelurkan lulusannya. Ini juga berarti bahwa BIN mulai sekarang akan mendapatkan pasokan tenaga intelijen, yang sudah terdidik secara profesional sejak awal. Bekal ini sangat penting, mengingat tantangan tugas yang akan dihadapi sudah sangat kompleks, yang tidak mungkin ditangani oleh tenaga intelijen konvensional. Apalagi, ancaman stabilitas nasional sekarang ini tidaklah sederhana.

Ancaman itu tidak lagi dalam bentuk tradisional, seperti invasi negara lain, namun lebih banyak diwarnai ancaman non-tradisional, yang juga dilakukan oleh faktor-faktor non-negara. Pola yang dimainkan sudah merupakan gabungan dari beragam unsur dan tidak mengenal batas geografis. Sumber ancamannya sudah tidak bisa dibedakan antara dalam dan luar negeri. Bentuk ancamannya sudah menggunakan berbagai ancaman media, mulai dari paling canggih hingga yang paling sederhana. Selain itu, dampak masalahnya juga sangat kompleks, karena menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial keagamaan.

Kalau ideologi radikal keagamaan saja sudah mampu menggegerkan dunia, maka tidak tertutup kemungkinan ideologi-ideologi sekuler. Dan memperhatikan beragamnya dimensi ancaman yang akan dihadapi Indonesia, rasanya tidak mungkin lagi dideteksi dan diantisipasi oleh intelijen konvensional. Kecanggihan ancaman itu harus ditangani oleh tenaga intelijen yang trampil dan profesional, paham masalah sosial politik keagamaan, dan perkembangan ideologi dunia.

Mengantisipasi potensi ancaman dan gangguan, intelijen juga sudah tidak bisa bekerja dengan paradigma lama, main tangkap atau memenjarakan seseorang tanpa proses peradilan, alias bekerja dengan ekstrayudisial. Cara seperti ini sudah sepakat untuk kita tinggalkan, karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum dan HAM. Para aparat intelijen dapat terus mengembangkan kemampuannya dalam mendeteksi segala macam ancaman dengan tetap menghormati hak-hak warga negara, kebebasan sipil, dan demokratisasi.
Penulis adalah Wakil Kepala BIN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar