Selasa, 21 Februari 2012

Standar Sikap Penolakan Masyarakat Kalteng Terhadap FPI *)

Judi, Miras, Narkoba, Prostitusi dan berbagai penyakit masyarakat (pekat) lainnya yg mendatangkan kemudharatan memang harus kita hindari. Beberapa hal dapat kita jadikan rujukan sikap bagi masyarakat Kalteng dalam menyikapi  rencana pembentukan cabang organisasi Front Pembela Islam (FPI) di Kalimantan Tengah (Kalteng), yakni :  —————————————–
  1. Setiap kita secara pribadi dapat berperan mencegah terjadinya perbuatan yang mudharat tersebut, menggunakan filter iman yg kita miliki berdasarkan keyakinan agama masing-masing;
  2. Dalam bermasyarakat, wajar jika kita saling mengingatkan kesalahan dengan cara-cara persuasif (penuh etika dan kesantunan), namun bukan dengan tindakan anarkis. Tidak sepantasnya kita sebagai sesama anggota masyarakat biasa, baik dalam kapasitas individu maupun organisasi sipil bertindak main hakim sendiri terlebih lagi menghukum secara fisik kesalahan satu terhadap yg lain. Demikianlah, kekerasan dan main hakim sendiri harus dihindarkan; (lihat : http://www.beritasatu.com/hukum/31138-pp-muhammadiyah-himbau-ormas-jauhi-kekerasan.html) dan (http://gp-ansor.org/32769-13022012.html), (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/18/078384837/Pemuda-Muhammadiyah-Kritik-FPI)
  3. Serahkan & percayakan fungsi menghakimi dan menghukum kepada negara melalui saluran dan mekanisme formal kelembagaan negara yg telah diatur undang-undang. Meskipun di tengah krisis kepercayaan (distrust) masyarakat terhadap kinerja aparatur negara, kehadiran negara (regulatory state) tetap sangat diperlukan dengan dukungan instrumen hukum berupa payung peraturan perundang-undangan yg jelas, tegas dan solutif; (lihat: http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/13/298219/284/1/Mendagri-Berikan-Isyarat-Pembekuan-FPI) dan (http://video.tvonenews.tv/arsip/view/53627/2012/02/14/ormas_pembuat_onar_dipelihara_atau_dibubarkan.tvOne) lihat juga (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/02/14/81884/Pram-SBY-harus-Tindak-FPI-Bukan-hanya-Mengimbau/1) serta (http://banjarmasin.tribunnews.com/2012/02/16/buru-oknum-dewan-seruyan-polda-minta-bantu-mabes-polri)
  4. Terhadap seluruh penyakit masyarakat (Pekat) sebagaimana tersebut di atas, sudah ada lembaga negara yg memang resmi ditugaskan untuk menanganinya masing-masing. Dari sisi pelanggaran hukum, kita punya aparat kepolisian, Satpol PP, kejaksaan, kehakiman, Badan Narkotika Daerah (BND), dan komisi-komisi resmi lain. Sedangkan secara informal, dari sisi pelanggaran etika-moral dan nilai keagamaan kita punya MUI (NU & Muhammadiyah), PGI, MBHAK,FUI, FKUB, dll.. yg bisa memberikan pencerahan rohani kepada setiap pemeluk keyakinan agama masing-masing. Mediasi konflik adat dan pertanahan (agraria) dan permasalahan lainnya, kita juga memiliki sejumlah LSM, FKDM, Kominda dan Majelis Adat (DAD) yg telah terbentuk dan konsen menangani masalah serupa; (lihat:http://www.suarapembaruan.com/home/kalteng-tidak-butuh-kehadiran-fpi/16980), (http://news.detik.com/read/2008/09/08/122225/1002220/10/habib-rizieq-marah-marah-playboy-tampil-di-sidangnya)
  5. Dengan dasar pemikiran di atas tentu kita kembali dapat bersepakat, tidak perlu lagi kehadiran lembaga baru yang mungkin dengan dalih ketidakpercayaan (distrust) terhadap institusi yang ada, seakan menjadikannya justifikasi lalu seolah-olah ia berhak mengambil alih seluruh tugas, fungsi dan kewenangan lembaga-lembaga formal negara dan informal masyarakat untuk mengatur kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Sungguh tidak logis jika menuntut keadilan dengan merujuk kesalahan lain untuk membenarkan sesuatu tindakan yg salah dan sama buruknya. Keberadaan Front Pembela Islam (FPI) dan klaim fungsi yg diembannya selaku Agen Kontrol Sosial, justru hanya akan menimbulkan kerancuan dan terkesan tumpang tindih (overlap) dengan fungsi lembaga resmi yg tersedia; (lihat : http://www.gresnews.com/berita/politik/174132-larang-fpi-menko-polhukam-nilai-langkah-gubernur-kalteng-tepat#.TzjrzgrmTYo.facebook) dan (http://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/12/32185)
  6. Dalam konteks ini, maka kehadiran FPI dengan berbagai riwayat sepak terjangnya (track record) yg identik dengan “kekerasan” pada akhirnya mendapat reaksi penolakan oleh masyarakat Dayak Kalteng. (Dalam hal ini label “kekerasan” pada FPI memang perlu dikonfirmasi lebih lanjut). Selanjutnya untuk sekedar referensi bersama dapat dilihat pada link: http://nasional.vivanews.com/news/read/275850-fpi-paling-banyak-lakukan-kekerasan-beragama dan http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_aksi_Front_Pembela_Islam, (http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/02/17/lzjh0e-mabes-polri-ada-34-kasus-anarkistis-mengatasnamakan-fpi )*. Anarkisme semacam itu merupakan pemandangan yg kerap kali kita saksikan bersama melalui tayangan di sejumlah media massa. Fenomena kekerasan yg berpotensi mengiringi kehadiran FPI ini tentu dapat menimbulkan kebingungan, rasa cemas dan mencekam di kalangan masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) yg notabene adalah masyarakat heterogen dgn beragam ekspresi budaya dan keyakinan;
  7. Dayak sebagai sebuah entitas kultural-etnik adalah perwujudan masyarakat heterogen di bumi Kalimantan yg lintas agama. Dayak sukunya, sedangkan agamanya ada Islam, ada Hindu Kaharingan, Kristen, Katolik dan lain-lain. Penolakan masyarakat terhadap kehadiran FPI bukanlah hanya atas nama salah satu agama atau beberapa agama melainkan penolakan secara umum (semua agama) di bawah payung etnis Dayak keseluruhan; (lihat : http://nasional.inilah.com/read/detail/1829647/tokoh-lintas-agama-kalteng-tolak-fpi) lihat juga (http://www.antaranews.com/berita/297122/lima-pernyataan-sikap-terhadap-penolakan-fpi) dan (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/14/078383891/Soal-Laporan-FPI-Kemendagri-Bela-Gubernur-Kalteng) dan (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/14/078383891/Soal-Laporan-FPI-Kemendagri-Bela-Gubernur-Kalteng)
  8. Kalimantan Tengah dan Suku Dayak yg lekat dengan falsafah budaya “Huma Betang” dan “Belom Bahadat”, pada dasarnya bersifat terbuka dan dapat berinteraksi dengan siapapun (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/11/058383339/Dikira-FPI-Akbar-Faisal-Disergap-Warga-Dayak) dan dari kelompok manapun di negara NKRI tercinta, terlepas dari persoalan perbedaan etnik dan agama. Dengan demikian kehadiran FPI, mungkin saja pada akhirnya diterima baik dengan penuh persahabatan, seandainya FPI terlebih dahulu mampu mengubah image buruknya yg selama ini telah menjadi stigma di kalangan masyarakat sebagai organisasi yg identik dengan kekerasan melalui tindakan main hakim sendiri di tengah kemajemukan bangsa; (lihat : http://www.detiknews.com/read/2012/02/13/214343/1841475/10/?992204topnews) dan (http://news.detik.com/read/2012/02/17/192849/1845528/10/fpi-salah-satu-ormas-yang-paling-banyak-kasus-di-indonesia?n991103605), (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/02/20/lzox0t-polri-fpi-kerap-tidak-sabaran-dan-maen-serbu)
  9. Berdasarkan sejumlah poin pertimbangan yg telah diuraikan sebelumnya, maka tidak mengherankan jika pada akhirnya maksud pendirian FPI di Kalteng menjadi layak dipertanyakan? Warna kekerasan yg dibawa FPI menumbuhkan sikap resistensi di kalangan masyarakat Dayak. Bahkan ada indikasi bahwa aksi penolakan atau resistensi tersebut akan terjadi secara meluas, tidak hanya terjadi di bumi Kalteng; (lihat: http://www.beritasatu.com/nasional/31170-aktivis-bentuk-gerakan-indonesia-tanpa-fpi.html) dan (http://nasional.kompas.com/read/2012/02/14/17394434/Alissa.Wahid.Indonesia.Harus.Bebas.dari.Kekerasan) lihat juga (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/02/15/82009/Ulama-dan-Majelis-Taklim-se-Jabar-Tuntut-Pembubaran-FPI/3) dan (http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/17/299085/284/1/Keberadaan-FPI-terus-Dikecam), (http://headlines.vivanews.com/news/read/289285-fpi-juga-ditolak-di-minahasa), (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/18/078384852/Ansor-dan-Banser-Desak-FPI-Dibubarkan), (http://suaraborneo.com/?p=4761), (http://nasional.vivanews.com/news/read/289853-oki-kritik-ormas-islam-suka-kekerasan?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook)
  10. Penolakan terhadap FPI bukan merupakan penolakan terhadap Islam sebagai sebuah agama mayoritas masyarakat Dayak, melainkan penolakan yg khusus ditujukan kepada FPI sebagai sebuah organisasi yg menjual label Islam untuk “melindungi” perilaku anarkisnya yg justru tidak Islami. Tentu, karena Islam juga pasti anti kekerasan dan cinta damai; (http://nasional.inilah.com/read/detail/1829278/din-bicara-kerukunan-dan-perdamaian-beragama) lihat juga (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/12/078383428/Gus-Solah-Saatnya-FPI-Introspeksi) dan (http://www.republika.co.id/berita/senggang/sosok/12/02/14/lzdplj-hanung-bramantio-saya-mendukung-pembubaran-fpi), (http://news.detik.com/read/2012/02/20/181721/1847226/10/?992204topnews)
  11. Penolakan FPI juga bukan dalam konteks pelarangan kunjungan silaturahim, penyelenggaraan kegiatan tabligh akbar atau ritualitas islami lainnya yg notabene merupakan aksi keagamaan simpatik dan damai, melainkan penolakan dalam pengertian ketidaksetujuan masyarakat apabila ternyata kegiatan-kegiatan tersebut justru adalah strategi sekaligus langkah awal yg akan segera ditindaklanjuti dengan maksud serta upaya pembentukan cabang organisasi berikut struktur dan keanggotaan PFI secara permanen di seluruh Kalteng. Jika yg terakhir ini terjadi maka, dikhawatirkan ‘kekerasan” pd akhirnya menjadi budaya yg terlembagakan dan berpotensi menjalar luas di tengah-tengah kehidupan masyarakat Kalteng; (http://www.radarsampit.com/index.php?mib=berita.detail&id=532) dan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/02/20/lzp1ze-tokoh-kalteng-minta-pengurus-fpi-kalteng-membubarkan-diri)
  12. Sekedar menegaskan kembali, bahwa kehadiran FPI dilihat dari track record-nya selama ini dalam menjalankan dakwah amar ma’ruf nahi munkar cenderung ternodai oleh pilihan pada pendekatan refresif ala kelompok paramiliter. Wajar jika akhirnya terdapat anggapan, kehadiran mereka (FPI) alih-alih memunculkan rasa nyaman, tenang dan damai malah justru menimbulkan kekhawatiran dan membangkitkan memori traumatis masyarakat, karena dianggap berpotensi melahirkan aksi-aksi kekerasan dan segala tindakan destruktif lainnya, sedangkan negara pun terlihat kewalahan menanganinya. Dalam keadaan seperti ini, maka masyarakat Dayak memilih cara dan logikanya sendiri, menolak keberadaan FPI; (lihat: http://www.detiknews.com/read/2012/02/13/020916/1840605/10/insiden-tolak-fpi-di-palangkaraya-bentuk-kekecewaan-pada-pemerintah) dan (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/13/063383484/Setara-FPI-Ditolak-Bukti-Masyarakat-Kecewa)
  13. Semoga kita tidak tergiring ke arah provokasi oleh oknum-oknum tertentu yg ingin mengadu-domba sesama kita selaku orang Dayak dengan maksud mengambil keuntungan dari kondisi kisruh dan perpecahan. Sedapat mungkin hindari saling melontarkan kalimat pernyataan dan tanggapan berupa komentar bernada provokatif yg bisa semakin memperkeruh keadaan. Waspada terhadap adanya kemungkinan intrik dan kepentingan politik yg menunggangi di balik kasus ini; (http://www.beritasatu.com/nasional/31141-ketua-mui-sinyalir-ada-provokator-di-balik-penolakan-fpi.html)
  14. Hati-hati pula jika ada penggiringan opini dan upaya membenturkan antara masyarakat dengan pejabat publik (Kepala Daerah/Pemerintah Daerah) di daerah masing-masing. Jangan terhasut propaganda yg mengadu domba antar masyarakat Dayak dengan pemerintah daerah, maupun adu domba antara sesama Dayak, dengan mengangkat isu bahwa seolah penolakan ini adalah penolakan atas dasar kebencian dan sikap permusuhan terhadap Islam atau pertentangan dikotomis antara Dayak Muslim vs Dayak non Muslim, antara Dayak vs Dayak Kafir, atau apapun istilah lainnya yg membuat polarisasi dan beresiko memunculkan fragmentasi sosial. Harus dicatat bahwa penolakan ini bukan dalam arti seperti itu; (lihat: http://www.tempo.co/read/news/2012/02/12/078383376/Tokoh-FPI-Habib-Rizieq-Salahkan-Gubernur-Kalteng)
  15. Penolakan ini adalah Penolakan bersama oleh Elemen Dayak Bersatu (Islam, Hindu- Kaharingan, Kristen, Katolik, Budha, dsb) secara keseluruhan didukung pula oleh kelompok etnik non Dayak yg juga sadar tentang arti pentingnya suasana aman dan damai di Bumi Kalteng. Penolakan dialamatkan terhadap cara-cara kekerasan dan aksi vigilante yang selama ini sering dilakukan oleh FPI sebagai sebuah forum organisasi yg berniat membentuk cabangnya di Kalteng; (lihat:http://www.antaranews.com/berita/297119/tokoh-lintas-agama-kalteng-tolak-fpi lihat juga (http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/02/14/145329/Tokoh-Dayak-Muslim-Tolak-FPI-di-Kalteng/14) dan http://www.kaltengpos.web.id/?menu=slide&id=1075)
  16. Dasar penolakan merupakan kearifan lokal dan ekspresi demokrasi substantif (hati nurani & kesejahteraan) yg lebih kepada alasan demi terciptanya suasana yg harmonis, aman, terkendali, tentram dan damai dengan konsep falsafah “Huma Betang” bagi masyarakat lokal Kalteng, dalam bingkai NKRI; (lihat : http://www.beritasatu.com/nasional/31128-ketua-mpr-dukung-masyarakat-kalteng-usir-fpi.html) dan (http://nasional.kompas.com/read/2012/02/14/21222392/Megawati.Minta.FPI.Tak.Paksakan.Kehendak) lihat juga (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/02/16/82084/Gubernur-Lemhanas-Tindak-Ormas-Anarkis/1)
  17. Suasana kondusif kehidupan bermasyarakat di Kalteng, sebagaimana di atas, sudah terbina sejak dulu hingga saat sekarang. Kondusivitas seperti ini berhasil dijaga dan dipertahankan pemerintah daerah dgn dukungan segenap stakeholder dari elemen internal masyarakat lokal sehingga tidak memerlukan campur tangan dari anasir luar;  (http://www.facebook.com/photo.php?v=2361208569574) lihat juga (http://id.berita.yahoo.com/wamenag-yakin-kearifan-lokal-dapat-kurangi-konflik-043024631.html;_ylt=Alk8dlHQdF8fNPdtQWUQHK59V8d_;_ylu=X3oDMTFyMmMzOG1uBG1pdANJbmZpbml0ZSBCcm93c2UgU3BsaXQEcG9zAzEEc2VjA01lZGlhSW5maW5pdGVCcm93c2VMaXN0;_ylg=X3oDMTMxcjkxOHBkBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDYWFhM2JlZGYtZTU1MC0zMDU5LWE1ZjUtNWFkZmYzODIyNDcyBHBzdGNhdANuYXNpb25hbARwdANzdG9yeXBhZ2UEdGVzdAM-;_ylv=3)
Sumber :
http://regional.kompasiana.com/2012/02/20/standar-sikap-penolakan-masyarakat-kalteng-terhadap-fpi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar