JAKARTA - Sebaiknya jangan cepat menyimpulkan bahwa gerakan
pro-perubahan yang diusung kelompok masyarakat, mahasiswa bersama
beberapa tokoh oposisi nasional adalah upaya menumbangkan pemerintahan
yang sah.
"Saya rasa itu tidak untuk menjatuhkan pemerintah yang sah. Saya tahu gerakan mahasiswa, LSM, terlebih tokoh agama, mereka tahunya harus ada perbaikan keadaan. Mereka kasihan lihat banyak orang tidak tahan lagi menderita miskin," kata Gurubesar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, Jumat (6/1).
Dia sepakat dengan seruan harus ada perubahan sekarang juga. Dia juga tak menyangkal bahwa kejatuhan pemerintahan yang sah bisa jadi ekses dari gerakan tersebut. Menurutnya, kalau Presiden SBY yang selama ini membiarkan banyak kasus-kasus pelanggaran HAM tetap dipertahankan, maka bukan tak mungkin penembakan aparat terhadap rakyat terus terjadi. Di bawah kepemimpinannya pun kasus hukum ditangani secara tebang pilih.
"Salah SBY sendiri tidak melakukan apa-apa yang berarti. Mereka yang berdemonstrasi itu awalnya tidak ada niat menggulingkan pemerintah. Mereka baik sekali tujuannya, kasihan pada nelayan, buruh tani, perangkat desa. Mereka sudah ribuan kali mengingatkan presiden," ujarnya.
Presiden SBY, katanya lagi, sebaiknya segera berhenti menghabiskan energi untuk pencitraan, dan terjun langsung ke rakyat yang melakukan aksi jahit mulut di depan DPR, datang ke lokasi tragedi Bima, Mesuji dan meninjau langsung masyarakat Papua di kawasan tambang Freeport. Dengan demikian maka gerakan anti-pemerintah akan mereda.
"Jika terus diam saja, maka dia akan makin gemuk, karena kerjanya tidur saja. Lihatlah pemimpin negara maju itu tidak ada yang gemuk-gemuk karena mereka kerjanya berkeliling negeri meninjau langsung dan menyapa rakyat," tandas dia.
Sumber :
http://m.riaupos.co/?act=full&id=7739&kat=8
"Saya rasa itu tidak untuk menjatuhkan pemerintah yang sah. Saya tahu gerakan mahasiswa, LSM, terlebih tokoh agama, mereka tahunya harus ada perbaikan keadaan. Mereka kasihan lihat banyak orang tidak tahan lagi menderita miskin," kata Gurubesar Ilmu Politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, Jumat (6/1).
Dia sepakat dengan seruan harus ada perubahan sekarang juga. Dia juga tak menyangkal bahwa kejatuhan pemerintahan yang sah bisa jadi ekses dari gerakan tersebut. Menurutnya, kalau Presiden SBY yang selama ini membiarkan banyak kasus-kasus pelanggaran HAM tetap dipertahankan, maka bukan tak mungkin penembakan aparat terhadap rakyat terus terjadi. Di bawah kepemimpinannya pun kasus hukum ditangani secara tebang pilih.
"Salah SBY sendiri tidak melakukan apa-apa yang berarti. Mereka yang berdemonstrasi itu awalnya tidak ada niat menggulingkan pemerintah. Mereka baik sekali tujuannya, kasihan pada nelayan, buruh tani, perangkat desa. Mereka sudah ribuan kali mengingatkan presiden," ujarnya.
Presiden SBY, katanya lagi, sebaiknya segera berhenti menghabiskan energi untuk pencitraan, dan terjun langsung ke rakyat yang melakukan aksi jahit mulut di depan DPR, datang ke lokasi tragedi Bima, Mesuji dan meninjau langsung masyarakat Papua di kawasan tambang Freeport. Dengan demikian maka gerakan anti-pemerintah akan mereda.
"Jika terus diam saja, maka dia akan makin gemuk, karena kerjanya tidur saja. Lihatlah pemimpin negara maju itu tidak ada yang gemuk-gemuk karena mereka kerjanya berkeliling negeri meninjau langsung dan menyapa rakyat," tandas dia.
Sumber :
http://m.riaupos.co/?act=full&id=7739&kat=8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar