TEMPO.CO, Jakarta
- Diburu selama kurang-lebih sebulan, tokoh kelompok Kei, John Refra
Kei, akhirnya ditangkap di sebuah "hotel jam-jaman" di kawasan Pulomas,
Jakarta Timur. Selain menjadikan John tersangka pelaku pembunuhan bos PT
Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tantono, polisi akan menjeratnya
dengan belasan kasus kejahatan lain yang ia dan kelompoknya lakukan.
Pekan
ini Majalah Tempo menurunkan laporan utama "Gangster Kei" setelah
melakukan penelusuran mendalam ke berbagai sumber hingga ke Pulau Kei,
Maluku Tenggara. Menurut sumber Tempo di Kepolisian Geng Kei terkenal
sadis.
Pembunuhan yang telah diakui oleh tiga anak buah
John Kei itu konon bermotif utang. Bos PT Sanex Steel Indonesia itu tak
kunjung membayar utang Rp 600 juta. Karena itu pada 26 Januari 2012, Tan
Harry, atau dikenal dengan nama Ayung, dibunuh di kamar 2701
Swiss-Belhotel, Jakarta Pusat.
Soal motif pembunuhan
terhadap Ayung, sejumlah sumber Tempo yang kenal John dan Ayung ragu
jika itu hanya tentang duit jasa menagih utang. "Kalau hanya Rp 600
juta, itu kecil bagi Ayung," kata sumber yang juga anggota partai
politik itu. Sumber Tempo lain yakin pembunuhan Ayung dilatarbelakangi
persaingan bisnis. "Ada orang yang memakai John untuk membunuh Ayung,"
kata sumber itu.
Pendapat itu didasarkan pada hubungan
antara John dan Ayung yang selama ini sangat baik. Ayung berkenalan
dengan John Kei saat dia masuk penjara. Gara-garanya, dia bersengketa
dengan Ho Giok Kie alias Arifin dalam perebutan saham PT Sanex Steel
pada 2005. Perselisihan ini merembet ke kasus lain yang membuat Ayung
dipenjara. "Arifin ini bisa dibilang musuh besar Ayung," ujar sumber
itu.
Tito Refra mengaku kakaknya memang berteman baik
dengan Ayung. "Mereka bagai saudara," kata Tito. Sumber Tempo lain
menyebutkan Ayung berkunjung ke Pulau Kei saat ulang tahun ayah John
tiga tahun lalu. "Karena itu, jika John sampai membunuh Ayung, pasti ada
kekuatan lebih besar, lebih kuat, yang membuat dia melakukan itu
semua," kata sumber ini.
Tempo tak bisa meminta konfirmasi
perihal konflik Arifin-Ayung ini kepada Arifin. Dihubungi Kamis pekan
lalu, istri Arifin, Eflin, juga menyatakan tak akan berkomentar apa pun
tentang hal ini. "Saya ini sibuk," ujarnya. Lalu, klik, ia mematikan
telepon. (Selanjutnya >>)
John Kei, 43 tahun, memang
bukan nama asing bagi polisi. Bertubuh tegap dan kekar, pria asal
Kepulauan Kei, Maluku, itu lekat namanya dengan dunia kekerasan.
Kelompok John--dikenal dengan nama kelompok Kei--beberapa kali terlibat
bentrokan berdarah dengan kelompok preman lain di Ibu Kota. Geng Kei,
misalnya, menghabisi nyawa Basri Sangaji, pemimpin geng Maluku lainnya,
pada 2004. "Geng Kei memang dikenal sadis dan tak kenal ampun jika sudah
berhadapan dengan musuh-musuhnya," ujar seorang polisi.
John
sendiri dikenal keras. Pada 2008, misalnya, ia ditangkap Detasemen
Khusus Antiteror karena menebas putus jari dua orang yang terbilang
masih familinya (lihat "Jejak Berdarah John"). Di Jakarta, geng Kei
dikenal sebagai spesialis penagih utang dan penjaga keamanan, dua mata
pencarian yang membuat mereka kerap berhadapan dengan kelompok sejenis.
Keterlibatan
John dalam pembunuhan Tan menjadi terang-benderang ketika polisi
membuka rekaman CCTV Swiss-Belhotel. Menurut sumber Tempo, rekaman itu
menunjukkan, pada pukul 21.28, bersama belasan anak buahnya, John Kei
menuju kamar Ayung di kamar 2701.
Selama ini, seorang
penyelidik, John kerap lolos dari tuduhan penganiayaan atau pembunuhan
karena ia selalu memanfaatkan kesetiaan anak buahnya untuk menjadi
martir: mengaku sebagai pelakunya. "Para martir itu sendiri lantas naik
derajatnya di komunitas mereka," kata sumber itu. Hanya, kali ini,
rupanya John kena batunya. "Kali ini kerja John jorok. Ia terekam CCTV,"
ujar seorang penyelidik.
Sumber :
http://id.berita.yahoo.com/kekuatan-besar-di-balik-gangster-kei-013808336.html;_ylt=AoiNP7Qr8nK5NJ4rFnSKUVt9V8d_;_ylu=X3oDMTUxdms5ZXFkBGNjb2RlA2N0LmMEbWl0A01vc3QgUG9wdWxhciBmb3IgQXJ0aWNsZXMEcGtnAzExYzRmYzUwLTBiZTYtMzU4Ny05ODRiLTc1Yjg1NjdlZGU1YgRwb3MDMgRzZWMDTWVkaWFCTGlzdE1peGVkTW9zdFBvcHVsYXJDQQR2ZXIDMDNjNmViNDAtNjBlOS0xMWUxLWExZmUtNzhjZGYwYTY1YmEw;_ylg=X3oDMTMxYjVvdjQzBGludGwDaWQEbGFuZwNpZC1pZARwc3RhaWQDYmRlYzJhOGYtZTZiMC0zNWI4LTg5OTUtODFhNjFlYjJjNmUxBHBzdGNhdANuYXNpb25hbARwdANzdG9yeXBhZ2UEdGVzdAM-;_ylv=3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar