Oleh : As'ad Said Ali
Intelijen bukan sosok yang menyeramkan dan misterius.
Sesuai dengan makna dasarnya, intelijen (intelligent) adalah kecerdasan.
Jadi, seorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan
tugasnya. Kecerdasan ini sangat diperlukan, karena bidang tugas intelijen akan
lebih banyak bertumpu pada analisis beragam informasi, untuk memperoleh prediksi
yang cepat dan akurat. Prediksi yang akurat ini, selanjutnya akan menjadi input
penting pengambilan kebijakan ataupun dukungan kebijakan.
Untuk
memperoleh analisis yang akurat, seorang intelijen pada dasarnya dituntut
bekerja sesuai norma-norma ilmiah. Prinsip ini berlaku manakala intelijen
melakukan pengumpulan data mentah, processing data, hingga menciptakan
produk intelijen, berupa analisis yang komprehensif yang dapat memprediksikan
suatu perkembangan secara tepat.
Kalau
melihat pola kerja se- orang intelijen, maka tidak ada perbedaan dengan pola
kerja akademisi atau intelektual. Keduanya bekerja mematuhi norma-norma ilmiah
dalam pengumpulan, verifikasi, dan analisis data, serta dalam membuat suatu
prediksi. Bedanya, terletak pada unsur kecepatan. Selain itu, produk akhir
akademisi juga langsung didiskusikan terbuka, sedangkan produk akhir intelijen
hanya dikonsumsi kalangan sangat terbatas, yaitu pemerintah sebagai single
user produk intelijen.
Karena
kesamaan-kesamaan inilah, maka dunia intelijen dan dunia akademik pada dasarnya
saling berutang. Dunia intelijen sangat banyak berutang ilmu pada dunia
akademik, terutama dalam membangun metode verifikasi data, dan analisis data
yang akurat, yang dapat dipertanggungjawabkan. Tidak hanya itu, temuan-temuan
ilmu pengetahuan dalam dunia akademik, selama ini juga diserap sangat banyak
oleh dunia intelijen, untuk menunjang ketajaman analisis.
Contoh,
analisis dalam bidang sosial politik. Deskripsi cemerlang yang dihasilkan
ilmuwan sosial politik, bagaimanapun adalah input yang sangat berharga
bagi dunia intelijen dalam melakukan analisis kecenderungan dan prediksi
perkembangan. Ahli-ahli psikologi yang sangat piawai dalam mendeskripsikan
motif kecenderungan personal, juga memberikan kontribusi yang luar biasa,
manakala dunia intelijen membutuhkan analisis kecenderungan personal seseorang.
Sumbangan
besar ilmu pengetahuan itu, selanjutnya dibalas kembali oleh dunia intelijen
dengan memberikan kontribusi temuan-temuan dan pendekatannya bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Penemuan metode Linier Programming dalam
bidang ilmu matematika tahun 1940-an, bagaimana pun awalnya justru dalam
kerangka kepentingan operasi perang.
Pendekatan
ini, sekarang sudah sangat luas diaplikasikan dalam beragam sektor kehidupan.
Thomas Saaty, penemu metode Analytical Hirarchy Process (AHP) dalam ilmu
pengambilan keputusan, embrio teorinya justru didapat tatkala Saaty bekerja di
lingkungan riset intelijen di Amerika, pada tahun 1960-an. Metode temuannya itu
sekarang berkembang sangat luas di dunia sipil dan sudah diaplikasikan dalam
berbagai sektor kehidupan.
Contoh lain
yang mencolok adalah internet, yang sekarang sudah jamak digunakan oleh banyak
kalangan untuk komunikasi. Cikal bakal komunikasi data melalui internet ini,
bagaimanapun berutang ilmu dari kalangan intelijen Amerika, manakala mereka
berusaha mengembangkan sistem aliran data yang cepat dan akurat. Metode kerja
dunia intelijen kini juga sudah banyak diadopsi oleh ilmu manajemen, yang
kemudian dikembangkan secara mandiri menjadi ilmu intelijen bisnis.
Banyak
Manfaat
Contoh-contoh
ini menggambarkan pekerjaan dunia intelijen pada akhirnya tidak hanya
bermanfaat secara langsung bagi user-nya, yaitu pemerintah, melainkan
telah memberikan sumbangsih yang sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan
secara umum.
Memperhatikan
beberapa evidence tersebut, pengembangan ilmu intelijen, sebagaimana
yang hendak dikembangkan oleh Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Sentul,
Jawa Barat, pada dasarnya harus disambut dengan gembira. Tidak hanya lembaga
ini merupakan satu di antara sedikit lembaga sejenis yang ada di dunia, tetapi
juga demi kepentingan yang jauh lebih besar dan strategis, yaitu pertama,
pengembangan keilmuan yang akan bermanfaat bagi dunia intelijen maupun publik. Kedua,
pendekatan saintifik yang akan dikembangkan oleh kader-kader baru intelijen
akan berguna dalam mengantisipasi ancaman gangguan keamanan masa sekarang dan
masa depan yang semakin kompleks dan rumit.
Sebagaimana
halnya dunia pendidikan, pengembangan sekolah intelijen di Indonesia pada
dasarnya tidak ada ruginya. Pengembangan keilmuan di STIN akan memberikan
manfaat yang jauh lebih besar, yang mungkin tidak terprediksi sekarang,
khususnya dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan secara umum.
Kehadiran
sekolah ini mungkin agak terlambat jika dibandingkan dengan obsesi Badan
Intelijen Negara (BIN) yang sudah sangat lama merindukan sekolah intelijen di
Indonesia. Namun, obsesi lama itu sekarang sudah mulai terwujud dan kini
menelurkan lulusannya. Ini juga berarti bahwa BIN mulai sekarang akan
mendapatkan pasokan tenaga intelijen, yang sudah terdidik secara profesional
sejak awal. Bekal ini sangat penting, mengingat tantangan tugas yang akan dihadapi
sudah sangat kompleks, yang tidak mungkin ditangani oleh tenaga intelijen
konvensional. Apalagi, ancaman stabilitas nasional sekarang ini tidaklah
sederhana.
Ancaman itu
tidak lagi dalam bentuk tradisional, seperti invasi negara lain, namun lebih
banyak diwarnai ancaman non-tradisional, yang juga dilakukan oleh faktor-faktor
non-negara. Pola yang dimainkan sudah merupakan gabungan dari beragam unsur dan
tidak mengenal batas geografis. Sumber ancamannya sudah tidak bisa dibedakan
antara dalam dan luar negeri. Bentuk ancamannya sudah menggunakan berbagai
ancaman media, mulai dari paling canggih hingga yang paling sederhana. Selain
itu, dampak masalahnya juga sangat kompleks, karena menyangkut masalah politik,
ekonomi, dan sosial keagamaan.
Kalau
ideologi radikal keagamaan saja sudah mampu menggegerkan dunia, maka tidak
tertutup kemungkinan ideologi-ideologi sekuler. Dan memperhatikan beragamnya
dimensi ancaman yang akan dihadapi Indonesia, rasanya tidak mungkin lagi
dideteksi dan diantisipasi oleh intelijen konvensional. Kecanggihan ancaman itu
harus ditangani oleh tenaga intelijen yang trampil dan profesional, paham
masalah sosial politik keagamaan, dan perkembangan ideologi dunia.
Mengantisipasi
potensi ancaman dan gangguan, intelijen juga sudah tidak bisa bekerja dengan
paradigma lama, main tangkap atau memenjarakan seseorang tanpa proses
peradilan, alias bekerja dengan ekstrayudisial. Cara seperti ini sudah sepakat
untuk kita tinggalkan, karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip negara hukum
dan HAM. Para aparat intelijen dapat terus mengembangkan kemampuannya dalam
mendeteksi segala macam ancaman dengan tetap menghormati hak-hak warga negara,
kebebasan sipil, dan demokratisasi.
Penulis
adalah Wakil Kepala BIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar